Sabtu, 18 Mei 2013

Sejarah Sebagai Gambaran Pribadi Bangsa



            Dalam menjalankan aktivitas tidak jarang kita terlibat dengan masalah-masalah ynag mungkin sekali bersangkutan dengan masalah kesejarahan. Mengapa demikian karena pada dasarnya kita ini hidup dalam asas kausalitas sejarah atau asas sebab akibat dalam sejarah. Karena, manusia merupakan pelaku sejarah itu sendiri kita hidup dalam arus sejarah atau dalam bahasa mudahnya adalah kita ada dalam sejarah itu sendiri. Oleh karena itu bohong apabila ada orang yang menganggap bahwa dirinya adalah makhluk modern karena kita hakikatnya adalah makhluk purba baik sekarang ataupun pada masa yang akan datang. Waktu terus berjalan dengan sesukanya tanpa ada yang bisa menghalangi baik itu teknologi terhebat sekalipun. Manusia layaknya awan yang hanya bisa mengikuti arah angin tidak bisa melawan angin, seringan itulah manusia dalam lingkup sejarah atau arus sejarah itu.
            Kepribadian manusia merupakan gambaran dari berbagai peristiwa masa lalu yang pernah dihadapinya. Ini terlihat dari apa-apa yang tersisa dari perjalanan sejarah yang ia lalui baik secara sadar maupun tidak karena kehidupan adalah sejarah, tergantung manusia itu mau menuliskan dengan tinta emas ataukah dengan darah kehidupannya atau sejarah hidupnya itu.
Pribadi seseorang atau kelompok dapat diinterpretasikan sebagai gambaran dari bangsanya. Dahulu Indonesia terkenal dengan keramahan rakyatnya namun seiring berkembangnya jaman semua itu berubah terutama sekali di kota-kota besar. Ini menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan makna kepribadiannya dan terpengaruh oleh pribadi yang didapatkan dari sejarah bangsa-bangsa lain yang jelas berbeda kultur dengan bangsa Indonesia itu. Lantas apakah kita harus menutup diri dari pergaulan bangsa lain?. Menurut saya hal itu layak dilakukan oleh bangsa ini sebagai benteng terhadap  kepribadian bangsa yang telah tumbuh dan melalui proses berabad-abad lalu. Dengan segala potensi yang dimiliki oleh bangsa ini harusnya kita menjadi subjek bukan melulu menjadi objek perahan dan pengaruh bangsa-bangsa yang tidak mengerti pribadi bangsa ini.
Kepribadian bangsa ini telah tumbuh dan berkembang sejak 2,5 juta tahun yang lalu dengan berbagai masukan-masukan dari daerah lain tumbuh dan berkembang menjadi budaya dan kepribadian yang lain dari pada yang lain. Kemudian masuk ke jaman Hindu, Budha, Islam, dan Kolonial yang mempengaruhi kepribadian bangsa ini terutama adalah masa-masa kolonial yang bermula sejak kedatangan bangsa-bangsa asing barat yang merusak tatanan kepribadian bangsa ini. Sejak saat itulah sedikit demi sedikit bangsa ini kehilangan kepribadian yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya yang telah dijaga selama berabad-abad lamanya.
Hanya sedikit dari bagian bangsa ini yang masih memegang erat kepribadianya itupun sudah mulai bercampur dengan kemodernan. Globalisasi  merupakan racun yang secara tidak kita sadari adalah penghancur kepribadian bangsa. Bagaimana tidak, dengan adanya globalisasi banyak manusia yang melupakan pribadinya sebagai bangsa Indonesia yang senang untuk bersosial, bergotong royong, saling perduli, dan tenggang rasa semua itu hilang dihancurkan oleh globalisasi.
Kini bangsa Indonesia lebih senang menggunakan segala hal yang berbau luar sedikit yang sayang dan cinta dengan produk dalam negeri entah itu barang maupuan produk-produk budaya bangsa kita ini. Hal yang demikian itu merupakan bentuk dari mulai terdegradasinya kepribadian bangsa kita ini digantikan oleh kepribadian bangsa asing yang perkembangannya semakin mengkhawatirkan eksistensi kepribadian bangsa ini. Pemuda dan pemudi saat ini lebih bangga menggunakan membubuhkan bahasa asing dalam bahasa kesehariannya yang menurut mereka itu adalah gaul mereka malu menggunakan bahasa asli dari daerah asal mereka terlepas dari bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari ribuan bahasa daerah negara kita ini.
Begitu besar dan luhurnya kepribadian yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia ini. Begitu luar biasanya peradaban yang telah diciptakan oleh para leluhur kita. Lantas apakah kita yang mengaku sebagai bangsa Indonesia mau tahu akan hal itu, jawabanya adalah jarang yang mau tahu. Mungkin hanya sedikit yang perduli dan sayang akan hal yang demikian itu.
Bangsa ini sudah tidak memiliki yang namanya local genius layaknya nenek moyang kita. Bagaimana dengan kegeniusannya mereka menyatukan budaya-budaya asing, memilah-milih budaya yang sesuai dengan kepribadiannya, bahkan menghasilkan sebuah budaya baru. Bangsa kita saat ini kehilangan yang demikan itu sehingga mereka meninggalkan keaslian mereka menggantikannya dengan budaya baru tanpa berpikir cocok atau tidak dengan kepribadian bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar