Dalam menjalankan aktivitas tidak
jarang kita terlibat dengan masalah-masalah ynag mungkin sekali bersangkutan
dengan masalah kesejarahan. Mengapa demikian karena pada dasarnya kita ini
hidup dalam asas kausalitas sejarah atau asas sebab akibat dalam sejarah.
Karena, manusia merupakan pelaku sejarah itu sendiri kita hidup dalam arus
sejarah atau dalam bahasa mudahnya adalah kita ada dalam sejarah itu sendiri.
Oleh karena itu bohong apabila ada orang yang menganggap bahwa dirinya adalah
makhluk modern karena kita hakikatnya adalah makhluk purba baik sekarang
ataupun pada masa yang akan datang. Waktu terus berjalan dengan sesukanya tanpa
ada yang bisa menghalangi baik itu teknologi terhebat sekalipun. Manusia
layaknya awan yang hanya bisa mengikuti arah angin tidak bisa melawan angin,
seringan itulah manusia dalam lingkup sejarah atau arus sejarah itu.
Kepribadian manusia merupakan
gambaran dari berbagai peristiwa masa lalu yang pernah dihadapinya. Ini
terlihat dari apa-apa yang tersisa dari perjalanan sejarah yang ia lalui baik
secara sadar maupun tidak karena kehidupan adalah sejarah, tergantung manusia
itu mau menuliskan dengan tinta emas ataukah dengan darah kehidupannya atau
sejarah hidupnya itu.
Pribadi
seseorang atau kelompok dapat diinterpretasikan sebagai gambaran dari
bangsanya. Dahulu Indonesia terkenal dengan keramahan rakyatnya namun seiring
berkembangnya jaman semua itu berubah terutama sekali di kota-kota besar. Ini
menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah kehilangan makna kepribadiannya dan
terpengaruh oleh pribadi yang didapatkan dari sejarah bangsa-bangsa lain yang
jelas berbeda kultur dengan bangsa Indonesia itu. Lantas apakah kita harus
menutup diri dari pergaulan bangsa lain?. Menurut saya hal itu layak dilakukan
oleh bangsa ini sebagai benteng terhadap
kepribadian bangsa yang telah tumbuh dan melalui proses berabad-abad
lalu. Dengan segala potensi yang dimiliki oleh bangsa ini harusnya kita menjadi
subjek bukan melulu menjadi objek perahan dan pengaruh bangsa-bangsa yang tidak
mengerti pribadi bangsa ini.
Kepribadian
bangsa ini telah tumbuh dan berkembang sejak 2,5 juta tahun yang lalu dengan
berbagai masukan-masukan dari daerah lain tumbuh dan berkembang menjadi budaya
dan kepribadian yang lain dari pada yang lain. Kemudian masuk ke jaman Hindu,
Budha, Islam, dan Kolonial yang mempengaruhi kepribadian bangsa ini terutama
adalah masa-masa kolonial yang bermula sejak kedatangan bangsa-bangsa asing
barat yang merusak tatanan kepribadian bangsa ini. Sejak saat itulah sedikit
demi sedikit bangsa ini kehilangan kepribadian yang telah diwariskan oleh nenek
moyangnya yang telah dijaga selama berabad-abad lamanya.
Hanya
sedikit dari bagian bangsa ini yang masih memegang erat kepribadianya itupun
sudah mulai bercampur dengan kemodernan. Globalisasi merupakan racun yang secara tidak kita sadari
adalah penghancur kepribadian bangsa. Bagaimana tidak, dengan adanya
globalisasi banyak manusia yang melupakan pribadinya sebagai bangsa Indonesia
yang senang untuk bersosial, bergotong royong, saling perduli, dan tenggang
rasa semua itu hilang dihancurkan oleh globalisasi.
Kini
bangsa Indonesia lebih senang menggunakan segala hal yang berbau luar sedikit
yang sayang dan cinta dengan produk dalam negeri entah itu barang maupuan
produk-produk budaya bangsa kita ini. Hal yang demikian itu merupakan bentuk
dari mulai terdegradasinya kepribadian bangsa kita ini digantikan oleh
kepribadian bangsa asing yang perkembangannya semakin mengkhawatirkan
eksistensi kepribadian bangsa ini. Pemuda dan pemudi saat ini lebih bangga
menggunakan membubuhkan bahasa asing dalam bahasa kesehariannya yang menurut
mereka itu adalah gaul mereka malu menggunakan bahasa asli dari daerah asal
mereka terlepas dari bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dari ribuan
bahasa daerah negara kita ini.
Begitu
besar dan luhurnya kepribadian yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia ini. Begitu luar biasanya peradaban yang telah diciptakan oleh para
leluhur kita. Lantas apakah kita yang mengaku sebagai bangsa Indonesia mau tahu
akan hal itu, jawabanya adalah jarang yang mau tahu. Mungkin hanya sedikit yang
perduli dan sayang akan hal yang demikian itu.
Bangsa
ini sudah tidak memiliki yang namanya local genius layaknya nenek moyang kita.
Bagaimana dengan kegeniusannya mereka menyatukan budaya-budaya asing,
memilah-milih budaya yang sesuai dengan kepribadiannya, bahkan menghasilkan
sebuah budaya baru. Bangsa kita saat ini kehilangan yang demikan itu sehingga
mereka meninggalkan keaslian mereka menggantikannya dengan budaya baru tanpa
berpikir cocok atau tidak dengan kepribadian bangsanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar