Selasa, 07 Agustus 2012

Masih adakah Pemimpin Negeri ini yang Mengerti amanat Penderitaan Rakyat?


Masih adakah pemimpin negeri ini yang mengerti apa itu amanat penderitraan rakyat?
Sebuah pertanyaan yang wajib ditanyakan pada kondisi saat ini di negara  ini.
Dewasa ini negeri ini bukan bertambah baik malah bertambah hancur hampir di semua lini porak-poranda oleh para pejabat yang tidak layak untuk jadi pejabat, para intelek yang mengaku-ngkau intelek dengan berbagai titel yang dimiliki tapi tidak mengerti fungsinya. Sungguh miris melihat keadaan negeri ini kapankah negeri ini akan merasakan yang namanya kemerdekaan yang sebenarnya, mungkin hanya mimpi jika keadaan yang seperti ini tidak dapat dirubah oleh bangsa ini sendiri. sebaikanya malu pada para pahlawan yang rela berkorban segala-galanya untuk memerdekakan negara ini dari pada penjajahan bangsa asing. Entah harus berapa juta kali peringatan peraturan yang dibuat untuk memenjarakan para penghisap darah manusia Indonesia ini namun, yah lagi-lagi semua peraturan yang dibuat hanya untuk kepentingan segelintir orang yang menguasai senayan sana, tidak banyak orang intelek di negeri ini yang mengerti fungsinya sendiri sebagai kepanjangan tangan rakyat Indonesia mereka memiliki pengertian lain mungkin mengenai hal ini yakni kepanjangna tangan rakyat dalam hal mencuri, mengambil, merampas, merampok hak rakyat.
Semakin banyak dari para penguasa ynag bertindak semena-mena dalam menjalankan pemerintahan ini. Mereka jadikan amanah yang diberikan pada mereka sebagai ladang untuk mencari uang, sebagai untuk mencari popularitas semata, dan kelas sosial dimasyarakat. bahkan banyak dari para wakil rakyat yang tidak memiliki kemampuan malah ikut-ikutan nimbrung merongrong pemerintahan kerja mereka hanya tidur ketika sidang. Mereka hanya asik dengan dunianya sendiri ketika sidang berlangsung dan sosoan untuk berkomentar ketika diwawancarai oleh para wartawan so berilmu, so tahu, pokokonya banyak soso lain yang coba mereka perlihatakan pada publik. Bahkan, tidak sedikit dari kelompok mereka yang hanya diam membisu selama menjadi anggota dewan, sungguh miris melihat keadaan ini. Pribadi kami sebagai sebagai rakyat yang mungkin mereka pikir kami sebagai “idol of cave” sesuai dengan teori yang dimunculkan oleh Francis Bacon. Sungguhpun hal demikian itu adalah hal yang sangat-sangat harus dihindari oleh rakyat Indonesia masa sekarang ini. Mungkin mereka menganggap dirinya adalah “idol of human race” yang merasa memiliki segala macam kekuatan yang besar untuk menguasai kami rakyat Indonesia, tapi kami bukan rakyat yang bodoh yang mau begitu saja dan mudah untuk dibohongi oleh segala bualan bualan mereka. Mari kita sebagai warga negara yang memiliki hak yang sama dihadapan hukum dan Allah kita berpikirlah dewasa melihat segala macam fenomena yang ada dihadapan kita saat ini janganlah kita melihat dari satu arah saja kita harus melihat dari berbagai arah yang ada sehingga kita mengerti dan paham segala macam persoalan yang dihadapai oleh negara tercinta kita ini. Sekali lagi ditegaskan bahwa kita adalah rakyat yang cerdas dan mengerti akan fungsi dan kewajiban kita terhadap bangsa dan negara.
Kita bukan penghuni goa yang hanya memandang pada satu arah saja dan tidak tahu dan mengerti arah lain yang seharusnya diketahui dan difahami. Berjuta jeritan terlontar dari berjuta pula penduduk Indonesia ini, Tapi adakah yang didengar?. Mungkin iya mungkin juga tidak. Berpuluh tahun kita tersandera oleh rezim orde baru yang menghancurkan segala lini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang hanya meninggalkan borok yang hingga sekarang belum bisa terobati bahkan mulai menjalar kembali dan tambah melebar karena dengan berbagai macam persoalan yang menjerat, yah mau tidak mau serupa dengan yang terjadi pada masa Orde Baru.
Hari ini detik ini kita sudah berada pada era yang biasa disebut dengan Era Reformasi yang diharapkan akan merubah segalanya. Tapi, melihat kenyataan saat ini sangat jauh sekali dengan harapan para Mahasiswa yang dulu ikut meruntuhkan penguasa yang berkuasa yang lazim disebut dengan angkatan 98. Tapi, satu hal yang sangat ironis adalah mereka menjadi pionir perubahan era atau masa kepemimpinan di Indonesia itu justru sekarang menjadi para penghancur negeri ini. Sungguh sangat ironis sekali melihat hal yang demikian itu. Dimanakah rasa patriotisme mereka apakah sudah terkikis seraya berjalannya waktu atau sudah tergadaikan atau bahkan dijual oleh mereka demi mendapatkan apa sudah mereka miliki saat ini. Atau mungkin saja kepala mereka terbentur aspal jalan yang sangat keras sehingga sebagaian isi kepala mereka keluar dan hal itu yang menyebabkan mereka lupa apa yang telah mereka perjuangkan dulu.
Pemerintah saat ini lebih mngedepankan pencitraan ketimbang rakyat hal itu lah yang bisa kita saksikan bersama. Bukan maksud saya berpikir atau berpandangan apatis terhadap pemerintah saat ini tapi itulah kenyataan yang memang harus kita terima bersama sebagai Warga Negara Indonesia. Kita yang tahu masalah yang ada di lapangan bukan pemerintah yang hanya berbicara tapi tidak perduli dengang kondisi di lapangan. Bukan hitam diatas kertas yang kami inginkan tapi bukti nyata yang kami butuhkan. Satu saja yang harus mereka  pertimbangkan jika ingin menjadi wakil rakyat mengertilah apa itu amanat penderitaan rakyat sehingga mereka tidak akan keluar jalur dan mengerti apa yang harus dilakukan ketika terpilih nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar